NILAI
PENTING ZIARAH KUBRO
Oleh : DR. Muhammad Noupal
Dosen IAIN Palembang
Inti tulisan
ini adalah untuk mengungkapkan nilai-nilai apa saja yang ada dalam ziarah
kubro. Pertimbangannya didasari dari kenyataan bahwa selama ini, ziarah kubro
di Palembang dengan ribuan peserta, tampak lebih bersifat seremonial; seperti
sebuah kebiasaan. Tidak muncul nilai edukatif, historis dan kultural yang bisa
diambil dalam ziarah ini. Sekalipun ada, mungkin hanya sebagian kecil—dan
sangat kecil—yang mampu dilihat oleh masyarakat
peserta ziarah.
Ziarah kubro,
seperti namanya adalah ziarah terbesar (kubro) yang dilakukan masyarakat
Islam Palembang. Dimulai dengan cara mengunjungi (ziarah) kuburan para
ulama dan habaib baik yang ada di Seberang Ulu atau Seberang Ilir, puncak acara
dilakukan di pemakaman habaib Kambang Koci. Di sini, acara dilakukan dalam
bentuk tahlil, doa-doa dan membaca maulud Nabi. Sebagai penutup, acara diisi
dengan nasehat dan tausiyah kepada masyarakat.
Seperti
namanya, ziarah kubro ini diikuti oleh ribuan peserta. Sebagian besar berasal
dari kalangan masyarakat Arab; baik dari dalam atau luar Palembang, seperti
Lampung, Jambi, Jakarta, Bandung dan Surabaya. Tapi ada juga yang berasal dari negara
tetangga, seperti Malaysia, Brunei, Singapura dan Thailand. Tentu saja mereka
masih berhubungan atau paling tidak masih bisa dikaitkan dengan keturunan Arab
Palembang. Jadi, peserta ziarah kubro memang sangat beragam. Suatu kebanggaan bagi
masyarakat Palembang bisa mengadakan acara seperti ini.
Nilai Apa Saja ?
Sekalipun
ziarah ini diikuti banyak peserta dan pasti menelan biaya yang sangat besar,
tapi kita harus mampu memunculkan nilai-nilai dalam ritual ini. Hal ini penting
agar pelaksanaan ziarah kubro, yang sejak awal bersifat dan bermotif spiritual,
tidak menjadi seremonial belaka. Ukuran yang bisa dilihat tentu saja dari aspek
pemahaman atau penghayatan; walaupun untuk ini perlu dibuktikan secara ilmiah.
Tapi bukan itu maksud tulisan ini.
Tulisan ini
setidaknya melihat ada tiga nilai yang bisa kita jadikan pokok soal; yaitu nilai
edukatif, historis dan kultural. Ketiga nilai ini—setidaknya menurut
penulis—sangat berkaitan dan saling terhubung. Akan sangat berarti jika peserta
ziarah mampu melihat nilai-nilai ini dan meletakkannya di depan seremonial ziarah
tadi.
Yang dimaksud
dengan nilai edukatif tentu saja berkaitan dengan nilai kependidikan. Nilai ini
bisa kita ambil khususnya dari konsep awal ziarah kubro yang mengedepankan
penghormatan kepada leluhur. Sekalipun bentuk edukasi ini tidak “membumi” dan
malah lebih bersifat “melangit”, penghormatan kepada para leluhur lebih diajarkan
dalam bentuk doa dan tahlil.
Ziarah kubur
memang disyariatkan agama. Nabi sendiri menyuruh kita berziarah sebagai
pengingat bahwa di sinilah nanti kita akan kembali. Ziarah dengan demikian
adalah sarana untuk mengingat Allah. Idealnya, orang yang berziarah harus sadar
bahwa yang ia lakukan adalah untuk zikrullah, ingat Allah. Karena itu, setiap
prosesi ziarah kubro harus dijiwai dengan zikir dan doa, bukan dengan obrolan
dan cerita. Apalagi yang menjadi tujuan ziarah kubro adalah para ulama dan
habaib yang menjadi “wasilah” kepada Allah.
Sisi positif
nilai ini terletak pada adanya pemahaman bahwa atas jasa leluhurlah kehidupan
keagamaan kita hari ini dapat terus terjaga. Balas jasa—kalau boleh
disebut—dilakukan dengan cara mengirim doa. Harapan semoga mereka diampuni
dosanya oleh Allah lebih mengemuka ketimbang mengingatkan kembali pesan suci
mereka. Inilah pembelajaran akhlak yang perlu kita terapkan dalam kehidupan
sehari-hari. Dan ziarah kubro, memang bernilai akhlak.
Nilai historis
mungkin tepatnya kita artikan dengan nilai kesejarahan; bahwa melalui ziarah
kubro kita bisa mengambil ibroh (pelajaran) dari apa yang sudah terjadi
pada masa lalu. Nilai ini mengharuskan kita melihat kembali bagaimana para
leluhur itu ada dan berada pada masanya. Bahkan, nilai ini juga mewajibkan kita
untuk mampu memahami bagaimana kondisi umat saat itu. Untuk itu diperlukan
eksplorasi sejarah dari berbagai aspek kehidupan mereka yang tercatat dan
terangkum dalam sejarah.
Sayangnya nilai
historis ini tidak akan terwujud jika dalam ziarah kubro kita tidak pernah
mencoba untuk mengungkap sejarah para leluhur. Tapi bagaimana mungkin sejarah mereka
akan bisa diungkap jika kita sendiri tidak tahu bagaimana sejarah hidup mereka.
Apalagi ketersediaan informasi dan buku sejarah yang menjadi sumber penting
tentang mereka, tidak pernah kita tahu dan kita baca.
Karena itu, kita
melihat bahwa nilai historis ziarah kubro selama ini tidak atau lebih tepatnya
jarang muncul ke permukaan. Paling banter, hanya sebatas mitos dan
cerita lisan tentang kekeramatan dan kedigjayaan; yang sama sekali tidak bisa
dipertanggungjawabkan keotentikannya. Mungkin ke depan, diperlukan satu usaha untuk
mengkaji dan mendiskusikan sejarah hidup para leluhur agar nilai edukatif dan
historis ziarah kubro dapat lebih bermakna.
Selain nilai
edukatif dan nilai historis, nilai kultural ziarah kubro juga perlu kita ungkap.
Nilai kultural atau nilai budaya ini adalah nilai-nilai yang lahir dan menjadi
bagian penting kehidupan masyarakat Islam secara luas. Nilai budaya tentu saja
tidak hanya mewujud dalam “tradisi” yang lebih cenderung bersifat manusiawi.
Tapi nilai budaya ziarah kubro seharusnya lebih mewujud dalam bentuk “pengalaman
religius“; sebuah proses penghayatan akan nilai-nilai religiositas ziarah yang
ada sejak awal sampai akhir acara. Inilah yang menjadi motif dan tujuan ziarah
kubro.
Nilai kultural seperti
ini idealnya menjadi pokok ziarah kubro. Bahwa ziarah kubro bukanlah ajang
politik, proyek ekonomis bahkan kebanggaan genetik seharusnya menjiwai tahap
demi tahap pelaksanaan ziarah. Untuk itu, pemahaman akan nilai-nilai yang ada
dalam ziarah kubro bukan saja perlu dilakukan, tapi juga diajarkan kepada para
peserta.
Untuk itulah
proses kulturisasi ziarah kubro harus kita terjemahkan sebagai suatu proses
pemahaman akan pentingnya ziarah kubro sebagai tradisi religius yang bermanfaat
kepada masyarakat luas baik secara edukatif atau historis.
Pada akhirnya,
nilai edukatif, historis dan kultural dalam tulisan ini hanyalah sebagian kecil
dari nilai-nilai yang dapat kita tangkap. Akan ada banyak nilai lain yang
seharusnya bisa kita lihat dan kembangkan. Karena itu, usaha untuk menggali dan
mengeksplorasi nilai-nilai dalam ziarah kubro ini menjadi sangat penting dari
sekedar menjadikannya “pawai budaya” dan “aset wisata”. Agar tercapai aspek
spiritual ziarah kubro yang dicita-citakan.[]
Dr. Muhammad
Noupal
Dosen IAIN
Raden Fatah Palembang
Hp. 0858-4053-7123