OBAT
HATI
Oleh
: KH. Ali Umar Thoyyib
Ada baiknya saat ini kita sudah
menyadari bahwa selain kesenangan materi, kita juga memerlukan kebahagiaan batin.
Kita tidak bisa menyandarkan semua aspek hidup kita kepada materi dan benda belaka.
Apalagi jika kita mempunyai pandangan dan pemikiran yang materialistik, maka
aspek batiniyah hidup kita pasti akan hilang. Ibarat gelas, jiwa kita akan kosong
dari air kebahagiaan yang hakiki.
Kebahagiaan batin tentu saja susah
kita jelaskan. Ia adalah persoalan jiwa dan perasaan. Kebahagiaan batin tidak
bisa kita tentukan dengan harta dan kekayaan. Apalagi kalau kita ukur melalui
derajat sosial serta kedudukan. Kebahagiaan batin hanya bisa dilihat dari dalam
hati; sebab hatilah tempat sesungguhnya. Hatilah yang menjadi tolak ukur untuk
kita mengatakan apakah kita bahagia atau tidak.
Kalau kita sedang sedih, maka kita
cenderung mengatakan bahwa kita sedang tidak bahagia. Tapi kalau hati sedang
gembira, maka kita juga mengatakan bahwa kita sedang bahagia. Di sinilah posisi
hati menjadi sangat penting, bahkan luar biasa pentingnya. Ia adalah ‘jiwa’
kita. Ia juga ‘obat’ kita.
Dalam pandangan saya, setidaknya
ada lima jenis ‘obat’ hati yang diperlukan untuk mendapatkan kebahagiaan. Pertama,
duduk bersama orang-orang soleh. Karena dari merekalah kita akan mendapatkan
siraman ruhani. Bimbingan mereka mampu mengontrol jiwa dan perilaku kita. Dari
mereka juga kita akan diingatkan kepada Tuhan. Dari orang-orang soleh inilah
kita bisa belajar dan menelaah ajaran agama. Pendek kata, melalui mereka kita
akan mendapatkan keberkahan dan manfaat hidup.
Kedua,
membaca al-Quran. Untuk mendapatkan ‘obat’ hati dari firman Allah ini, maka kita
perlu membacanya secara kontinyu. Orang yang setiap hari bahkan setiap waktu
selalu membaca al-Quran, maka jiwanya pasti selalu terhubung dengan Allah.
Jiwanya akan selalu mendengar kalam Allah. Melalui kontinuitas membaca al-Quran
ini, maka manusia pasti akan mendapatkan bimbingan Allah. Dari bimbingan itulah
ia akan merasakan bahagia. Sebab, setiap usaha dan perilaku hidupnya akan
dijaga Allah swt. Selain membaca, proses tadabbur atau merenungi makna
al-Quran dapat membuat jiwa kita tersentuh. Karena itulah, membaca al-Quran
secara kontinyu dan merenungi maknanya akan membuat hati kita bercahaya. Hati
kita akan disinari dengan petunjuk dan hidayat Allah. Itulah kebahagiaan
batiniyah.
Ketiga,
mengosongkan perut. Yang dimaksudkan di sini tentu saja adalah mengosongkan
perut dari segala sesuatu yang haram. Ibarat wadah, perut kita tidak boleh di
isi dengan makanan yang berasal atau didapat dari cara yang haram. Tetapi perut
juga perlu kita kosongkan dari sesuatu yang halal. Ini diperlukan supaya jiwa
kita tidak menjadi rakus atau serakah. Sekalipun makanan itu halal, tetapi
perut yang terisi penuh dengan makanan, maka jiwanya akan menjadi malas. Karena
itu perut yang kosong, dapat menghidupkan ruh dan jiwa kita menjadi lebih baik.
Keempat,
ibadah malam (qiyamul lail). Orang yang melakukan ibadah malam, maka ia
harus mengisinya dengan munajat dan solat. Munajat atau doa, perlu dilakukan
sebagai bukti bahwa kita memang sangat membutuhkan Allah. Orang yang sering
berdoa, terutama pada malam hari, maka jiwanya akan selalu butuh kepada Allah. Sedangkan
orang yang solat malam, maka jiwanya juga juga akan membentuk kepribadian yang
baik. Ibadah malam inilah yang akan mengangkat derajat manusia di dunia dan
akhirat.
Kelima,
merintih kepada Allah pada waktu fajar (sahur). Pada saat ini juga kita perlu
mempersiapkan diri kita untuk selalu tobat dan berharap kepada Allah. Dengan
tobat yang kita ucapkan pada waktu ini, kita dapat memulai aktivitas hidup kita
di dunia sesuai dengan aturan Allah. Sebab, tobat dapat membuat jiwa kita
menyesal dan introspeksi. Tobat dapat memperbaiki amal buruk menjadi amal baik.
Selain itu juga berharap kepada Allah dapat membuat optimisme dalam hidup kita.
Dengan optimisme itulah maka kita akan terbiasa disiplin dan rajin dalam
bekerja. Dari situlah kita juga akan mendapatkan kebahagiaan dan cita-cita
hidup.
Kelima jenis ‘obat’ hati ini akan membentuk
jiwa manusia menjadi jiwa yang suci lagi mulia (al-nafs al-zakiyah). Jiwa
seperti inilah yang akan memperoleh rahasia (sirr), perbaikan amal (ishlah)
dan petunjuk hidayat (irsyad). Dan ketiganya itu akan membentuk dan
menghasilkan cinta (mahabbah) kepada Allah swt. Jika sudah cinta, maka
manusia tidak akan merasakan baik-buruk dalam hidupnya, sehat atau sakit,
bahkan senang atau bahagia kecuali ia sikapi dengan hati dan iman kepada Allah.
Itulah kebahagiaan yang hakiki. []
Tidak ada komentar:
Posting Komentar