Senin, 06 Agustus 2012


OBAT HATI
Oleh : KH. Ali Umar Thoyyib

Ada baiknya saat ini kita sudah menyadari bahwa selain kesenangan materi, kita juga memerlukan kebahagiaan batin. Kita tidak bisa menyandarkan semua aspek hidup kita kepada materi dan benda belaka. Apalagi jika kita mempunyai pandangan dan pemikiran yang materialistik, maka aspek batiniyah hidup kita pasti akan hilang. Ibarat gelas, jiwa kita akan kosong dari air kebahagiaan yang hakiki.

Kebahagiaan batin tentu saja susah kita jelaskan. Ia adalah persoalan jiwa dan perasaan. Kebahagiaan batin tidak bisa kita tentukan dengan harta dan kekayaan. Apalagi kalau kita ukur melalui derajat sosial serta kedudukan. Kebahagiaan batin hanya bisa dilihat dari dalam hati; sebab hatilah tempat sesungguhnya. Hatilah yang menjadi tolak ukur untuk kita mengatakan apakah kita bahagia atau tidak.

Kalau kita sedang sedih, maka kita cenderung mengatakan bahwa kita sedang tidak bahagia. Tapi kalau hati sedang gembira, maka kita juga mengatakan bahwa kita sedang bahagia. Di sinilah posisi hati menjadi sangat penting, bahkan luar biasa pentingnya. Ia adalah ‘jiwa’ kita. Ia juga ‘obat’ kita.

Dalam pandangan saya, setidaknya ada lima jenis ‘obat’ hati yang diperlukan untuk mendapatkan kebahagiaan. Pertama, duduk bersama orang-orang soleh. Karena dari merekalah kita akan mendapatkan siraman ruhani. Bimbingan mereka mampu mengontrol jiwa dan perilaku kita. Dari mereka juga kita akan diingatkan kepada Tuhan. Dari orang-orang soleh inilah kita bisa belajar dan menelaah ajaran agama. Pendek kata, melalui mereka kita akan mendapatkan keberkahan dan manfaat hidup.

Kedua, membaca al-Quran. Untuk mendapatkan ‘obat’ hati dari firman Allah ini, maka kita perlu membacanya secara kontinyu. Orang yang setiap hari bahkan setiap waktu selalu membaca al-Quran, maka jiwanya pasti selalu terhubung dengan Allah. Jiwanya akan selalu mendengar kalam Allah. Melalui kontinuitas membaca al-Quran ini, maka manusia pasti akan mendapatkan bimbingan Allah. Dari bimbingan itulah ia akan merasakan bahagia. Sebab, setiap usaha dan perilaku hidupnya akan dijaga Allah swt. Selain membaca, proses tadabbur atau merenungi makna al-Quran dapat membuat jiwa kita tersentuh. Karena itulah, membaca al-Quran secara kontinyu dan merenungi maknanya akan membuat hati kita bercahaya. Hati kita akan disinari dengan petunjuk dan hidayat Allah. Itulah kebahagiaan batiniyah.

Ketiga, mengosongkan perut. Yang dimaksudkan di sini tentu saja adalah mengosongkan perut dari segala sesuatu yang haram. Ibarat wadah, perut kita tidak boleh di isi dengan makanan yang berasal atau didapat dari cara yang haram. Tetapi perut juga perlu kita kosongkan dari sesuatu yang halal. Ini diperlukan supaya jiwa kita tidak menjadi rakus atau serakah. Sekalipun makanan itu halal, tetapi perut yang terisi penuh dengan makanan, maka jiwanya akan menjadi malas. Karena itu perut yang kosong, dapat menghidupkan ruh dan jiwa kita menjadi lebih baik.

Keempat, ibadah malam (qiyamul lail). Orang yang melakukan ibadah malam, maka ia harus mengisinya dengan munajat dan solat. Munajat atau doa, perlu dilakukan sebagai bukti bahwa kita memang sangat membutuhkan Allah. Orang yang sering berdoa, terutama pada malam hari, maka jiwanya akan selalu butuh kepada Allah. Sedangkan orang yang solat malam, maka jiwanya juga juga akan membentuk kepribadian yang baik. Ibadah malam inilah yang akan mengangkat derajat manusia di dunia dan akhirat.

Kelima, merintih kepada Allah pada waktu fajar (sahur). Pada saat ini juga kita perlu mempersiapkan diri kita untuk selalu tobat dan berharap kepada Allah. Dengan tobat yang kita ucapkan pada waktu ini, kita dapat memulai aktivitas hidup kita di dunia sesuai dengan aturan Allah. Sebab, tobat dapat membuat jiwa kita menyesal dan introspeksi. Tobat dapat memperbaiki amal buruk menjadi amal baik. Selain itu juga berharap kepada Allah dapat membuat optimisme dalam hidup kita. Dengan optimisme itulah maka kita akan terbiasa disiplin dan rajin dalam bekerja. Dari situlah kita juga akan mendapatkan kebahagiaan dan cita-cita hidup.

Kelima jenis ‘obat’ hati ini akan membentuk jiwa manusia menjadi jiwa yang suci lagi mulia (al-nafs al-zakiyah). Jiwa seperti inilah yang akan memperoleh rahasia (sirr), perbaikan amal (ishlah) dan petunjuk hidayat (irsyad). Dan ketiganya itu akan membentuk dan menghasilkan cinta (mahabbah) kepada Allah swt. Jika sudah cinta, maka manusia tidak akan merasakan baik-buruk dalam hidupnya, sehat atau sakit, bahkan senang atau bahagia kecuali ia sikapi dengan hati dan iman kepada Allah. Itulah kebahagiaan yang hakiki. []

Tidak ada komentar:

Posting Komentar